Sulit Punya Work-Life Balance: Coba Cek Sudah Lakukan Hal ini Belum?
Rangkaian webinar Stellar Women Rise 2023 telah ditutup pada hari Selasa, 15 Agustus 2023 lalu. Pada webinar kedua ini Marissa Anita, seorang aktris dan jurnalis, berbagi pengalaman dan pemikirannya terkait dengan topik “Work-Life Balance: Is There Such a Thing?”.
Work-Life Balance Vs Work-Life Integration
Work-life balance selama ini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menyeimbangkan tanggung jawabnya dalam pekerjaan dan kehidupan personal. Biasanya work-life balance ini ditunjukan dengan perilaku seseorang yang membatasi waktu untuk bekerja dan waktu membangun kehidupan pribadinya.
Namun, ada juga istilah work-life integration yang serupa dengan work-life balance. Dalam work-life integration, batasan antara waktu kerja dan waktu pribadi tidak setegas work-life balance. Seseorang bisa saja bekerja sambil mengurus kehidupan pribadinya secara beririsan. Urusan pekerjaan bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja selama target kerja terpenuhi.
Sebagai perempuan dengan berbagai peran, Stellars pasti sudah pernah melakukan work-life balance dan work-life integration. Sama seperti Marissa Anita sebagai perempuan berkarir, ia menerapkan work-life balance dan work-life integration. Keduanya bisa dilakukan secara bersamaan menyesuaikan dengan kondisi kehidupanmu saat ini.
Namun tidak bisa dipungkiri, ada beberapa hari di mana kita merasa kewalahan dengan berbagai tuntutan peran. Sementara waktu dalam sehari hanya ada 24 jam, kita jadi memaksakan diri kita untuk menjalani berbagai peran tersebut tanpa memperhatikan kesejahteraan mental kita sendiri. Burnout pun menjadi tidak terhindarkan. Jika ini terjadi kepadamu, sebaiknya ambil jeda untuk bertanya ke dirimu sendiri sudah melakukan hal-hal ini belum?
1. Apakah Kamu Sudah Memahami Kapasitas Diri Kamu Sendiri?
Bekerja, berbisnis, dan mengurus keluarga, sejauh mana kamu bisa memenuhi berbagai peran tersebut dalam waktu bersamaan? Hal ini perlu kamu temui jawabannya. Jika kamu merasa kewalahan, mungkin ini saatnya kamu untuk meminta bantuan entah dari pasangan, keluarga, atau memutuskan untuk memiliki asisten rumah tangga sendiri.
2. Apakah Kamu Sudah Menentukan Tingkat Urgensi Pekerjaanmu?
To-do list yang kita miliki saat bekerja atau berbisnis mungkin terasa gak ada habisnya. Mungkin ini waktunya untuk kamu menentukan tingkat prioritas setiap pekerjaan. Jika sebuah pekerjaan memiliki urgensi tinggi (mis: panggilan gawat darurat dokter), maka mau tidak mau kita perlu bertanggung jawab akan pekerjaan tersebut kapan saja dan di mana saja. Namun jika sebuah pekerjaan tidak terlalu urgen, maka tidak ada salahnya untuk menunda pekerjaan tersebut ke hari esok agar kamu bisa mengambil waktu untuk beristirahat dan mengurus kehidupan pribadi.
3. Apakah Kamu Sudah Berani Saying “No” or “Not Yet”?
Berbagai kesempatan mendatangi kamu setiap harinya. Mungkin kebanyakan dari kita akan tergiur dan berusaha untuk memanfaatkan kesempatan tersebut semaksimal mungkin. Akan tetapi, jika kita melihat dari kacamata work-life balance atau work-life integration, penting untuk memilah mana kesempatan membawa ‘nilai tambah’ untuk kehidupan kita. Untuk melakukannya, kita harus berani mengatakan "No” atau “not yet” ke hal-hal yang saat ini tidak sesuai dengan nilai yang kita miliki.
4. Apakah Kamu Sudah Punya Rutinitas Self-Care?
Hustle culture yang sudah membudidaya saat ini secara tidak langsung mendorong kita untuk bekerja terus menerus tanpa kenal batasan waktu. Ketika tidak bekerja, kita malah menjadi hampa. Jika ini terjadi kepada kamu, maka ini saatnya untuk menentukan apa yang ingin kamu lakukan ketika sedang tidak bekerja. Entah itu memiliki ritual self-care, membaca buku, melakukan hobi, atau menghabiskan waktu dengan orang-orang terdekat. Rutinitas self-care ini perlu ditentukan secara intentional agar kamu terdorong untuk menerapkan batasan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan.
5. Apakah Kamu Sudah Berkomunikasi dengan Atasanmu?
Beberapa dari kita mungkin tidak cukup beruntung untuk mendapatkan kondisi kerja ideal yang memungkinkan kita untuk work-life balance atau work-life integration. Salah satu contohnya adalah memiliki atasan yang meminta kita untuk selalu sigap dan responsif kapan saja. Jika kamu berada dalam kondisi ini, cobalah untuk berkomunikasi dengan atasanmu untuk menyatukan ekspektasi satu sama lain. Apa indikator kesuksesan pekerjaan yang diinginkan oleh atasan? Bagaimana indikator tersebut dapat tercapai tanpa harus kamu merelakan seluruh waktumu untuk pekerjaan? Diskusikanlah secara privat dan baik-baik.
Itu dia beberapa hal yang perlu kamu cek kembali untuk bisa menerapkan work-life balance atau work-life integration lebih baik. Seperti yang telah dikatakan Marissa Anita, tujuan dari work-life balance atau work-life integration adalah “Kita bisa bekerja dengan hati yang senang, bisa mencapai target pekerjaan, dan juga punya cukup waktu untuk menjalin dan menjaga hubungan yang sehat dengan diri sendiri kemudian dengan keluarga dan teman, menjaga relasi, dan menjalani hobi.”
Commentaires