Artikel Spesial Kartini's Day!
Pernah mendengar kisah seorang ibu yang harus bekerja siang dan malam untuk membesarkan anak-anaknya?
Mari kita sebut mereka sebagai Ibu tunggal, yakni para wanita tangguh yang mengemban peran ganda untuk merawat anak-anaknya sekaligus mencari nafkah untuk membesarkan mereka.
Meskipun memegang dua peran sekaligus, nyatanya itu tidak mengurangi kehebatan para Ibu Tunggal dalam membesarkan anak-anak mereka.
Sebagai buktinya, kisah kartini kali ini akan dibawakan oleh Fitrias Rahayu, seorang perempuan yang dibesarkan oleh seorang Ibu tunggal.

Fitrias akan menceritakan kepada kita bagaimana perjuangan Ibu tunggal yang nyatanya mampu membesarkan dan merawat anak-anaknya hingga sukses, seperti yang dirasakan Fitrias saat ini.
Bagi Stellars yang saat ini menjadi Ibu Tunggal, ini adalah cerita yang akan semakin menguatkanmu!
“Kartini, Perempuan yang Pintar Memanfaatkan Kesempatan”

Bila kita menilik balik kisah Kartini, kita akan merasa miris bahwa perempuan di masa itu tidak bisa mendapatkan pendidikan yang layak.
Bahkan, Kartini yang merupakan anak ningrat juga harus menghentikan pendidikannya karena pada saat itu tidak ada sekolah yang mengizinkan perempuan untuk melanjutkan pendidikan mereka hingga tinggi.
Kartini muda terpaksa harus berdiam di rumah diabatasi oleh lingkungan yang tidak memperbolehkannya untuk melanjutkan pendidikan.
Dalam keterbatasannya harus berdiam diri di rumah, Kartini malah semakin rajin membaca dan menuliskan seluruh pemikiran feminisnya dalam bentuk tulisan kepada sahabat penanya Rosa Abendanon.
Dari tulisan itulah, sekolah-sekolah Kartini dibangun untuk memberikan kesempatan bagi para perempuan melanjutkan pendidikannya.
“Ibuku adalah Kartini, Ibu Tunggal yang Pintar Memanfaatkan Kesempatan”

Sama halnya seperti Ibunda Fitrias yang terpaksa menjadi ibu tunggal. Alih-alih meratapi nasibnya, Ibunda Fitrias justru berjuang melewati itu dan mau bekerja apa saja untuk memastikan kedua anaknya bisa tumbuh dengan sehat.
“Ibu saya berjuang seorang diri untuk membesarkan 2 orang anak yang masih membutuhkan banyak sekali biaya. Di saat yang sama, dia juga mengalami PHK sampai harus menjadi buruh pabrik setelah meninggalkan pekerjaannya sebagai kepala bagian keuangan rumah sakit. Dia tetap berjuang bekerja apa saja asalkan bisa keluar dari ekonomi sulit”, ujar Fitrias.
“Meskipun Ibu Tunggal pintar memanfaatkan kesempatan, Nyatanya kita juga perlu memberikan kesempatan lain bagi mereka”
Kisah Ibu dari Fitrias memang menunjukan bahwa perempuan memiliki ketahanan yang tinggi dalam melewati kesulitan.
Namun, bukan berarti mereka harus terus menerus mengadu nasib di tengah himpitan ekomomi.
Inilah tugas kita sebagai sesama perempuan untuk bahu-membahu membantu para Ibu Tunggal mendapatkan kesempatan yang lebih baik. Seperti yang diimpikan oleh Fitrias
Di awal lulus kuliah S1 Matematika, sang Ibunda memintanya untuk menuruskan pekerjaan sebagai guru. Namun, Fitrias merasa ingin berbisnis agar bisa mengubah keadaan ekonomi keluarga. Ia pun membuka bisnisnya Tufine.id yang bergerak di bidang industri Fashion.

Tapi, sepanjang perjalanan ia menemukan tujuan baru. Saat ini, baginya bisnis bukan lagi hanya sebatas mencari untung untuk memperkaya diri. Justru dia ingin bisa memberdayakan perempuan di luar sana yang bernasib menjadi Ibu Tunggal seperti ibundanya di kala dulu.
“Ternyata diluar sana banyak para ibu tunggal/janda yang memiliki keadaan seperti ibu saya, dimana mereka harus mencari nafkah sendiri untuk bertahan hidup. Mereka tidak jauh, benar benar berada di sekitar saya. Untuk itulah saya ingin membuka lapangan pekerjaan, agar para ibu tunggal tersebut bisa mendapatkan pemasukan dan membantu perekonomian keluarga mereka dari rumah mereka sendiri tanpa harus meninggalkan anak anak mereka di rumah.” - ujar Fitrias
Fitria Kini Punya Mimpi Baru untuk Diwujudkan..
Tugas Selanjutnya Meyakinkan Pasangan untuk Menerima Mimpinya
Menurut Fitria, ketika perempuan telah menikah, pasti mereka memiliki naluri untuk menjadi istri dan ibu yang baik. Terkadang, naluri tersebut berbenturan dengan mimpi yang ingin dicapai perempuan setelah menikah.
Ia pun harus meyakinkan suami bahwa ia memiliki mimpi besar yang ingin diraih meskipun dia berperan sebagai ibu. Sekaligus Fitrias juga meyakinkan dirinya bahwa akan tiba saatnya bagi dia untuk belari cepat menggapai mimpinya.
“Menjadi seorang ibu adalah tugas mulia, nanti akan tiba saatnya saya bisa berlari dengan sangat kencang untuk mencapai mimpi saya.” ucap Fitrias.

Itu pun terjadi. Dengan dukungan suami, ibunya, serta komunitas di sekitarnya, akhirnya Fitria memiliki kesempatan untuk mewujudkan mimpinya yang ingin memberikan kesempatan lebih baik bagi para Ibu Tunggal di luar sana.
“Kita perempuan memiliki kesempatan bebas untuk menebar kebermanfaatan dan menginspirasi banyak orang, bahkan dunia!. Maka, jadilah perempuan pembelajar, perempuan yang mengikuti zaman dan dapat memanfaatkan zaman. Karena dengan itu kita bisa bermanfaat bagi perempuan lainnya dan bagi orang lain.” tutup Fitrias.
Comments