Halo, namaku Vera. Aku lahir di Malang, sebuah kota kecil yang sejuk dan indah di Jawa Timur tetapi saat ini aku tinggal di pulau Bali. Aku memiliki banyak minat dan hobi seperti memasak, berlari, mendaki gunung dan masih banyak lain karena aku adalah orang yang sangat aktif sejak remaja tetapi di antara semua hobi ku, aku paling suka melukis, membaca dan menulis.
Aku pernah merasa sangat bangga dengan diriku sendiri karena berhasil menjadi salah satu finalis lomba menulis pelajar se-kota Malang di tahun 2005 saat aku duduk di bangku kelas dua SMA.
Aku masih ingat aku mengikuti lomba tersebut karena membaca pamflet yang di tempel di perpustakaan umum kota Malang. Ya, semasa SMA, perpustakaan umum tersebut adalah tempat favoritku untuk membaca buku-buku yang menarik secara gratis.
Jika sedang tidak ada jadwal ekstrakurikuler sepulang sekolah, maka aku akan naik angkot menuju perpustakaan umum tersebut. Aku selalu tenggelam dalam bacaan-bacaan di sana dan waktu selalu terasa begitu cepat berlalu, bahkan saking betahnya aku di sana, sering aku 'di usir' petugas karena aku menjadi satu-satunya pengunjung yang masih duduk sementara perpustakaan akan segera tutup.
Suatu hari aku membaca sebuah pamflet yang menarik yang di tempel di sebuah papan pengumuman di depan perpustakaan tentang lomba menulis. Sebenarnya di sana selalu banyak info tentang kegiatan-kegiatan terbaru yang selalu menarik.
Ini Keberuntungan? Ini Bakatku!
Hari itu entah mengapa aku sangat ingin mengikuti lomba menulis pelajar yang diadakan pemerintah Kota Malang tersebut, padahal batas waktu pengumpulan cerpen tinggal satu minggu dan aku tidak memiliki persiapan apa pun. Apalagi saat itu aku tidak memiliki komputer sendiri. Aku tidak mau membuang-buang waktu, aku membaca dengan cermat semua persyaratan lomba tersebut dan segera pulang ke rumah.
Maka sejak dari hari itu sepulang sekolah, aku akan duduk di sudut ruangan sebuah rumah tua bermodel belanda yang difungsikan sebagai warnet, tak jauh dari sekolahku sehingga aku hanya cukup berjalan kaki untuk menempuhnya.
Aku sangat bersemangat menulis sehingga aku bisa menyelesaikan tulisanku dalam waktu empat hari. Setelah semua selesai aku segera mencetak hasil tulisanku, menjilidnya, memasukkannya ke dalam sebuah amplop coklat besar yang biasa dipakai untuk melamar pekerjaan.
Aku segera pergi ke kantor pos di pusat kota untuk mengirimkan tulisanku (saat itu semua belum serba digital seperti saat ini). Aku senang karena aku bisa mengejar waktu dengan baik tetapi aku tidak berharap besar karena aku tahu itu adalah lomba yang di gelar untuk siswa tingkat menengah atas seluruh Kota Malang.
Sekitar satu bulan kemudian, salah satu guru memanggil ku ke kantor dan mengatakan bahwa seseorang dari kantor walikota mengabarkan bahwa aku terpilih menjadi salah satu finalis lomba cerpen yang aku ikuti dan aku mendapat undangan khusus untuk datang ke kantor walikota.
Dari kegiatan tersebut aku mendapat beberapa teman baru dari sekolah-sekolah lain. Mereka semua sudah terbiasa menulis dan mengikuti berbagai lomba menulis sementara aku adalah satu-satunya pemula yang beruntung bisa menjadi salah satu yang terpilih. Tulisan kami dibukukan menjadi sebuah antologi, dan kami juga mendapat hadiah-hadiah yang menarik lainnya.
Mimpiku Menulis Sempat ku Kubur Dalam-Dalam
Mengenai tulis menulis, aku sebenarnya tidak begitu aktif benar-benar menulis, tapi aku tahu bahwa isi kepala ku penuh dengan hal-hal yang bisa diwujudkan menjadi cerita. Ada sebuah acara yang suatu hari ingin ku hadiri, sebuah festival penulis di Bali yang diadakan setiap tahun. Acara itu digelar pertama kali di tahun 2004, pertama kali aku melihat iklan acara tersebut di sebuah majalah.
Aku hanya membayangkan saja keseruan acara tersebut di mana para penulis dari berbagai negara dan penikmat literasi berkumpul menjadi satu. Aku melupakan semua itu dan sebuah iklan tentang acara yang sama di sebuah koran yang ku baca di tahun 2006, membuatku berimajinasi kembali tetapi tentu saja tak lama kemudian aku melupakan semua itu.
Setelah lulus SMA, aku tidak lagi begitu fokus mengenai dunia menulis karena aku sibuk bekerja. Tetapi segala sesuatu memang selalu memiliki jalannya sendiri, seperti yang di tulis Andrea Hirata dalam novel-novelnya bahwa hidup adalah kepingan-kepingan puzzle dan kepingan-kepingan tersebut akan jatuh pada tempatnya ketika waktunya sudah tepat.
Penulis Indonesia favoritku adalah Andrea Hirata dan Dee Lestari. Aku menemukan diri dan kisahku dalam cerita-cerita yang mereka tulis.
Aku begitu sibuk bekerja dan semakin sibuk ketika aku memutuskan untuk melanjutkan pendidikanku di perguruan tinggi. Semakin lama aku bahkan seolah melupakan hobi dan minat ku satu-persatu karena semua energi dan fokus ku hanya untuk bekerja dan kuliah.
Pertemuan yang Mengubah Caraku Menilai Hidup
Suatu hari, di Juni 2018, dua bulan sebelum aku resign dari pekerjaan ku, aku bertemu seorang bapak-bapak di terminal di Surabaya menunggu bus menuju ke Kota Malang. Karena tujuan kami sama, maka kami berbincang-bincang.
Kami duduk berseberangan, bapak-bapak tersebut menceritakan tentang kehidupan beliau sejak muda. Beliau begitu bijak dan memberikan nasihat-nasihat untukku.
Aku yang saat itu sedang mengalami suatu masalah menangis mendengar semua kata-kata beliau, karena apa yang beliau katakan cukup ajaib bagiku, beliau bahkan bisa menceritakan masa kecilku dengan detail. Aku yang saat itu sudah sangat jenuh dengan pekerjaanku merasa terhibur dengan setiap kata-katanya.
Agustus 2018 aku resmi resign dan benar-benar memulai segala seustunya dari awal lagi. 2019, aku memutuskan untuk mengikuti kegiatan festival makanan yang di gelar di Ubud, Bali. Itulah pertama kali aku menginjakkan kaki di Ubud, tempat yang ingin ku datangi sejak aku masih duduk di bangku SMP.
Di tahun yang sama di bulan Oktober, aku kembali ke Ubud untuk menjadi relawan di festival penulis yang ingin ku hadiri sejak aku masih remaja. Di saat yang sama, aku yang sedang tidak memiliki pekerjaan tiba-tiba mendapatkan pekerjaan di Ubud.
Ubud adalah tempat pusat seni budaya Bali, dan di sini segala wadah bagi hobi-hobi ku ada. Aku bergabung dalam beberapa grup menulis, dan entah bagaimana waktu menghadirkan orang-orang terbaik yang membantu perjalananku.
Mimpi Itu Kembali Ku Kejar Saat Mendegar Kata "Menulislah.."
Suatu waktu aku bertemu seorang penulis dari Amerika yang sedang berlibur dan menyelesaikan tulisannya di Bali, beliau memberi ku proyek menulis. Beberapa waktu ini, aku juga sedang terlibat dalam proyek menulis seorang penulis dari Australia mengenai pemberdayaan wanita. Jalan ku semakin lebar, dan aku merasa bahwa segala sesuatu dalam hidup itu begitu ajaib dan terhubung satu sama lain.
Suatu hari aku teringat kembali kata-kata dari bapak-bapak yang ku temui waktu itu dan berpikir apakah semua itu petunjuk? Beliau sempat berkata bahwa Bali adalah tempat yang baik jika aku ingin menetap sementara aku baru menyadari kata-kata beliau setelah aku cukup lama menetap di Bali, dan satu lagi kata-kata beliau yang ku ingat "Menulislah".
Aku tidak berniat menjadi seorang penulis, tapi segala yang ku jalani seolah mengarahkanku kesana. Aku sangat senang dengan semua kesempatan yang aku dapatkan sejauh ini dan aku di kelilingi begitu banyak wanita yang menginspirasi di sekelilingku.
Aku masih belajar. Namun seperti Kartini, semoga suatu hari aku bisa membawa terang dan manfaat melalui tulisan-tulisanku nanti. - Veradila Megawati
Comments