Artikel Special Kartini's Day!
Pernah menghitung berapa banyak kawan perempuanmu yang masih berkarir hingga saat ini? Coba bandingkan dengan kawan laki-lakimu. Tentu jumlahnya masih berbanding jauh kan?
Faktanya dilansir dari antaranews.com menurut Menteri Perempuan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan ialah 53,13%, jauh lebih rendah dibanding laki-laki yang mencapai 82,41%.
Padahal, 49,4% populasi masyarakat Indonesia adalah perempuan lho. Ini potensi besar untuk ekonomi dan kemajuan perempuan kan?
Terus, kenapa sih masih banyak perempuan yang memilih untuk tidak bekerja?
Mungkin salah satu alasannya ialah karena perempuan sering merasa tidak kompeten saat berkarir.
Hal ini juga dirasakan oleh Mary Salim (Co-Founder Pasarjasa). Namun, ia berhasil mematahkan mindset buruk tersebut dengan mengubah pandangannya tentang karir bagi perempuan.
Mari kita simak di bawah ini apa saja mindset yang menyebabkan perempuan sering merasa tidak kompeten saat berkarir dan cara untuk menghilangkan mindset tersebut menurut Mary Salim.
MINDSET BURUK YANG DIMILIKI PEREMPUAN:
“BUSINESS AND CAREER IS ALL ABOUT BOY’S CLUB”
Apa perempuan bisa menjadi pembalap mobil F1? Kalau kamu berpikir tidak, ini berarti kamu masih memiliki mindset meragukan kompetensi perempuan dalam berkarir.
Karena kenyataannya, ada perempuan yang pernah mencatatkan sejarah menjadi pembalap mobil F1! Ia adalah Susie Wolff.
Bagi Mary, Susie Wolff adalah role model yang membuka mindset buruk Mary hingga kini ia bisa percaya diri dengan kemampuannya saat berkarir.
“Dari kecil, aku tuh racing nerd banget dan aku tahu bahwa dunia balap adalah karir yang dipenuhi oleh laki-laki. But turns out, there’s actually a woman driving an F1 car! Saat kecil dulu, itu adalah hal yang aku pikir sangat tidak mungkin terjadi”. ucap Mary Salim.
Ya, Susie Wolff berhasil mengubah mindset Mary Salim bahwa perempuan ternyata tidak perlu meragukan dirinya, karena nyatanya perempuan bisa menjadi apa saja, termasuk menjadi pembalap mobil F1 yang seringkali didominasi oleh lelaki.
So.. find a role model to help you break this mindset!
MINDSET BURUK YANG DIMILIKI PEREMPUAN:
“AM I DOING THIS JOB WRONG?"
Sebagai wanita, pernahkah kamu ragu bisa mencapai mimpimu? Bila jawabannya iya, berarti sekali lagi kamu meragukan kompetensi perempuan dalam berkarir. Hal ini juga dialami oleh Mary Salim.
“Jujur, kesulitan terbesar yang aku rasakan adalah ketika aku ga bisa fulfill KPI yang aku set sendiri. Akhirnya, aku sering mempertanyakan diri sendiri. Am I the right person for the job? Why did I give myself this mission? Am I doing something wrong?” ucap Mary Salim.
Ternyata mindset tersebut disebabkan oleh Impostor Syndrome. Berdasarkan penelitian yang dilansir oleh forbes.com, faktanya 75% perempuan yang berkarir pernah mengalami impostor syndrome setidaknya satu kali dalam perjalanan karirnya.
Bahkan 6 dari 10 perempuan mengatakan bahwa mereka merasakan sindrom tersebut ketika mendapatkan kenaikan pangkat atau berada di posisi pekerjaan yang baru.
Untuk mengatasi hal tersebut, Mary pun mengubah strateginya. Bukan hanya bekerja 2x lebih keras, tetapi Mary juga belajar untuk mengambil kendali penuh atas kinerjanya.
Ia sadar bahwa ada kalanya ia harus meluangkan waktu untuk beristirahat agar bisa kembali me-recharge energi. Entah itu melakukan hobi, ataupun berolahraga.
“Balance is so important and I believe that if I don’t have my well-being – if I don’t sleep well or rest enough – that’s when things start to go south. ucap Mary.
Maka, tips untuk mengubah mindset buruk impostor syndrome bagi perempuan ialah, selalu berikan ruang bagi kamu untuk beristirahat dan mengisi kembali energi.
Having ambitions is great, but keeping it all on balance is also important!
Berhasil Atasi Mindset Buruk dalam Diri, Saatnya Mengubah Mindset Orang Lain
Pada akhirnya, Mary Salim berhasil menaklukan dua mindset buruk yang selama ini membuat dirinya sebagai perempuan seringkali meragukan kemampuan diri.
Pencapaian ini dibuktikan dengan keberhasilan Mary membangun Pasarjasa, sebuah startup yang menjadi digital enabler untuk membantu para penjual jasa bisa memasarkan jasa mereka dengan mudah di pasar Indonesia.
“Kita sendiri sering susah cari tukang listrik atau tukang basmi serangga kan?. Ini karena banyak UMKM jasa belum bisa memaksimalkan marketing mereka secara online. Ada digital literacy gap disana. Sayang banget customer sudah go digital, tapi akhirnya malah ga ketemu dengan para penjual jasa ini.” ujar Mary.
Seperti Kartini yang membuka akses pendidikan bagi perempuan Indonesia, Mary Salim juga membukakan akses lebih besar bagi para UMKM Jasa agar bisa memaksimalkan potensi mereka.
Melalui Pasarjasa, Mary hadir membantu para UMKM Jasa untuk upskilling agar mereka semakin berdaya untuk mengelola digital marketing mereka sendiri.
“Sebenarnya yang terjadi adalah mereka kebingungan mulai dari mana untuk masuk ke digital media karena gak pernah diajarkan.
Tapi kalau kita bisa sharing ilmunya, kita bisa jembatani gap-nya pelan-pelan, there’s so much potential for every Indonesian.” ucap Mary.
Bagi Mary, perempuan akan sangat bernilai ketika mereka bisa mencapai impiannya dan terus memberikan dampak baik bagi orang lain.
“Perjuangan Kartini masih perlu kita teruskan sekarang. There’s still so much work to do to help women see that we can and we will reach whatever goals we set out to.” - Mary Salim
Comments